Jumat dini hari (5 November 2010), Merapi menunjukkan perubahan karakter letusan yang sangat drastis. Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Sukhyar, sebagaimana dikutip
okezone,
Merapi mengalami periode letusan panjang di atas 100 tahun dengan energi yang sangat besar. Hal ini, lanjutnya, berbeda dengan siklus pendek antara 4-6 tahun yang hanya terjadi luncuran awan panas alias
wedhus gembel dan pembentukan kubah lava. Letusannya dahsyat, ada awan panas, lontaran lava pijar, dan abu vulkanik. Menurutnya, dari sinyal sismik diperoleh informasi jika aktivitas Merapi meningkat. Letusan terus berlangsung, lontaran awan panas dan lava pijar setinggi 7,5 km dan abu vulkanik. “Letusan jatuh di semua lereng gunung atau semua sektor yang menujukan volume dapur magma yang sangat besar dan tekanan gas tinggi,” papar Sukhyar.
Sebagaimana diberitakan berbagai media, pada 3-5 November, Gunung Merapi terus memuntahkan isi perutnya. Akibatnya, hingga radius 15 km terkena dampak letusan. Oleh sebab itu, pihak otoritas sudah memperluas radius aman Merapi hingga 20 km. Meskipun demikian, tetap saja menelan korban.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebagaimana dikutip tribunnews, total korban jiwa yang meninggal sejak Gunung Merapi meletus (26/10/2010) hingga Jumat (5/11/2010) sore mencapai 122 orang. Khusus untuk korban tewas akibat letusan dahsyat Merapi Jumat dini hari, mencapai 64 orang. Korban tewas terbanyak adalah warga Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka tewas akibat terkena awan panas Gunung Merapi yang menyembur pada Jumat pukul 01.00 dini hari.
Selain korban tewas, juga terdapat penambahan 151 orang korban luka yang harus rawat inap di rumah sakit, dengan rincian RSUP Sardjito 78 orang, RS Bethesda 6 orang, RS Suradji Tirtonegoro 35 orang, RSUD Sleman 7 orang dan RS Panti Rapih 25 orang. Umumnya, korban yang terkena awan panas atau wedus gembel tersebut berada pada jarak 8 km dari puncak Gunung Merapi.
BNPB mengumumkan, peringatan zona aman yang tadinya berada dalam radius 20 kilometer ditingkatkan menjadi 25 kilometer. Warga yang berada dalam radius 25 kilometer diminta segera meninggalkan lokasi dan mencari tempat yang lebih aman.
Lokasi pengungsian sementara di Kab. Sleman antara lain, Stadion Maguwoharjo, Gelanggang UGM, STIE YKPN, SMA Stela Duce, UPN, Condong Catur. Sedangkan di Kab. Boyolali berada di gelanggang olah raga, sekolah-sekolah dan fasilitas umum lainnya. Di Magelang, lokasi pengungsian disediakan di Kantor Bakorwil dan Kantor Bupati Magelang. Sementara itu, di Klaten berada di GOR, kantor-kantor pemerintah, dan sekolah-sekolah, kantor Bupati dan kantor DPRD setempat.
Tak seorang pun yang menginginkan musibah itu terjadi. Sudah selayaknya kita terus berdoa agar saudara-saudara kita yang saat ini tengah berjuang menghadapi masa-masa yang cukup berat di pengungsian diberikan kesabaran dan ketabahan. Selain itu, saudara-saudara kita yang tengah dirawat di rumah sakit bisa secepatnya sembuh dan sehat kembali. Sedangkan, yang sudah mendahului kita menghadap Sang Khalik diberikan kelapangan jalan menuju keharibaan-Nya dan diberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya.
Yang tidak kalah penting, kita perlu terus membangkitkan kembali dan menggalang nilai solidaritas kebangsaan yang selama ini dinilai mulai tergerus oleh berbagai persoalan kontemporer yang tak kunjung usai. Dengan kekuatan solidaritas itu, bangsa kita akan mampu merevitalisasi nilai kesejatian diri, hingga akhirnya mampu mengatasi semua masalah, musibah, dan bencana yang terjadi dengan penuh kearifan.
Untuk meng-update situasi Merapi terkini, kita bisa mengaksesnya melalui Jaringan Informasi Lingkar Merapi.